Thursday 2 May 2013

BAHAN AJAR



BAHAN AJAR

 

Pengertian bahan ajar (instruksional materials) adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedngkan menurut Pnnen (1995). Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disususn secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Baghan ajar dapat dibedakan menjadi empat :
1.      Fakta siswa diminta untuk mengingat suatu obyek, symbol atau pristiwa.
2.      Prosedur siswa diminta untuk menjelaskan langkah-langkah, prosedur secara urut, memecahkan suatu masalah atau membuat sesuatu.
3.      Konsep siswa di minta untuk menyatakan suatu definisi, menentukan cirri khas tertentu, mengklasifikasikan beberapa contoh sesuatu engan suatu definisi.
4.      Prinsip siswa diminta untuk mengemukakakan hubungan antara beberapa konsep atau menerangkan keadaan ataupun hasil hubungan antara berbagai macam konsep.
Sedangkan manfaat bahan ajar bagi guru dan siswa adalah :
1.      Efesiensi waktu dalam proses pembelajaran.
2.      Mengubah peran guru dari mengajar menjadi fasilitator
3.      Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Manfaat bahan ajar bagi siswa adalah :
1.      Siswa dapat menjadi mandiri
2.      Siswa dapat belajar sesuai dengan yang dikehendaki.
3.      Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuanya.
Segala entuk bahan ajar yang digunakan guru untuk instruktator dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Bahan ajar dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Misalnya: LKS, BUKU, MODUL,CD Pembelajaran, dsb.
Pengembangan lembaran LKS yang memuat tugas-tugas yang mangacu pada tujuan pembelajaran yang termasuk dalam RPP untuk menuntun siswa belajar. Muatan LKS :
1.      Mata pelajran
2.      Judul LKS
3.      Waktu
4.      KD
5.      Tujuan pembelajran
6.      Materi pembelajaran
7.      Tugas-tugas
8.      Penilaian
Pengembagan LKS meliputi yang sudah dimuat di bawah ini :
1.      Mengidentifikasi indikator, materi pokok dan jenis materi.
2.      Menentukn materi pendukung dan tugas-tugas ekplorasi berdasarkan tujuan pembelajaran.
3.      Menentukan materi pendukung dan tugas-tugas elaborasi
4.      Mengembangkan tugas-tugas pendahuluan sesuai dengan tujuan dan tugas-tugas
5.      Merancang penilaian sesuai indikator.
Manfaat bahan ajar dalam pembelajaran individual dan kelompokan. Metode pembelajaran individual lebih menekankan pada aktifitas siswa dibandingkan guru, sehingga siswa dpat memahami dan menguasai materi secara mandiri. Metode ini dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa secara individual dengan berbagai macam ragam dan perbedaan dalam kecepatan pembelajaran. Manfaatnya lebih bersifat sebagai bahan utama dan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan bahan ajar individual atau mandiri ini hanya harus dipelajari dan dikuasai siswa, lebih dari it uterus tersusun dengan baik sehingga mampu mengontrol dan mengawasi kegiatan belajar siswa.


Sedangkan manfaat bahan ajar dalam pembelajaran kelompok adalah sebagai bahan pendukung dan suplemen dari bahan belajar utama dan seharusnya dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga mampu membnumbuhkan dan meningkatkan motivasu belajar siswa. Metode pembelajaran kelompok diletakkan pada pendekatan dan teknik yang dirancang khusus dan bahan belajar. Sehingga minim sekali membutuhkan bahan ajar dalam bentuk tertulis.
SUMBER :
http://taufiqslow.blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-pentingnya-bahan-ajar.html

ASESMEN KINERJA



ASESMEN KINERJA

Asesmen kinerja adalah penilaian terhadap proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan proses sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilan proses intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis, merupakan konsep, merencanakan serta melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan praktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja yaitu kinerja klasik, asesmen kinerja kelompok, asesmen kinerja personal.
Asesmen ini melibatkan aktifitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tentu dan atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru mengawasi siswa saat bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan atau kecakapan yang dicapi siswa.
Asesmen kerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam ragka melakukan pertimbangan-pertimbangan subjektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar exselent (keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagai mana tes esay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan atau kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.

Menurut Hibbard, 1995 (dalam nur, 2001) tugas-tugas kinerja menghendaki :
1.      Penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainya.
2.      Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah.
3.      Penampakan ketidakbutaan ilmiah (literal sains).
Komponen dari asesmen kinerja menurut Nur (2001) meliputi :
1.      Tugas-tugas yang menghendaki siswa menggunakan pengetahuan dan proses yang telah mereka pelajari.
2.      Daftar cek yang mengidentifikasi elemen-elemen tindakan atau hasil yang diperiksa.
3.      Seperangkat deskripsi dari suatu proses dan atau suatu kontinum nilai kualitas (rubric) yang digunakan sebagai dasar untuk meliputi keseluruhan kerja.
4.      Contoh-contoh dengan mutu yang sangat baik sebagai model bagi pekerjaan yang harus dilakukan.
Wawancara dan komperensi memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk bertemu bersama dan diskusi. Pertemuan pribadi dengan guru itu dapat merupakan pengalaman yang memiliki daya motivasi yang kuat untuk kebanyakan siswa. Hal ini juga dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru untuk memperoleh informasi tentang bagaimana siswa berfikir dan bagaimana perasaanya tentang pelajaran tersebut.
Konferensi adalah diskusi tidak formal yang melibatkan guru dengan seorang siswa. Untuk melaksanakan wawancara dan konfirmasi sebaiknya mempersiapkan :
1.      Siapkanlah beberapa pertanyaan.
2.      Tempatkan siswa dalam keadaan santai.
3.      Jelaskan bahwa anda akan mencari hasil berfikir kreatif.
4.      Buatlah catatan.
5.      Jadilah pendengan yang baik.
Hal-hal yang harus kita pahami tentang kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesmen kinerja suatu obat yang mujarab, bukan penyelamatan guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan cara-cara yang efesien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses  pendidikan yang dipandang berguna.
Beberapa cara melakukan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi :
1.      Asesmen kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan.
2.      Asesmen kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.
3.      Asesmen kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaanya, guru dapat mengatur cara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam waktu dua semester guru merencanakan untuk mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa kedalam empat kelompok siswa yang akan di ases  siswa kelompok pertama akan diases pada pembuatan larutan pertama. Kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan berikutnya. Sehingga semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilanya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketikan meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputasan tentang kapan mengadopsi metoda-metoda asesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi asesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi asesmen kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentang sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai, dan menetapkan kriteria kinerja.
Selain dari rubril, penilaian kinerja terdiri atas lainya yaitu task (tugas-tugas). Task merupakan perangkat tugas yang menuntun siswa untuk menunjukkan suatu performance (kinerja) tertentu.
Ada 7 kriteria untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja (performance assessment) berkualitas atau tidak.
1.      Generability : Apakah kinerja siswa dalam melakukan tugas yang diberikan sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas lain.
2.      Authenticity : Apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapi dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.      Multiple foci : Apakah tugas yang diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan.
4.      Teachability : Tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya makin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas.
5.      Fairness : Apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk semua siswa.
6.      Feasibilyty : Apakah tugas yang diberikan relevan untuk dapat dilaksanakan ( factor biaya, tempat, waktu atay alat).
7.      Scorabilyty : Apakah tugas yang diberikan discor dengan akurat dan reliable?
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “Mengetahui bagaimana melakukan sesuatu” dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut:. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoprasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja adalah :
1.      Observasi
2.      Portofolio
3.      Penilaian essay
4.      Ujian praktek (practical examinatian)
5.      Intervie
6.      Paper
7.      Penilaian proyek
8.      Kuesioner
9.      Daftar cek (checklist)
10.  Penilaian oleh teman (peer reating)
11.  Penilaian diskusi
12.  Penilaian jurnal kerja ilmiah siswa
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja yaitu :
1.      Menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa.
2.      Memilih focus asesmen (menilai proses atau prosedur, produk, atau keduanya).
3.      Memilih tingkatan realism yang sesuai (menentukan beberapa besar tingkat keterkaitanya dengan pada pembelajaran).
4.      Memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran.
5.      Mengujicoba task dan rubik pada pembelajaran.
6.      Memperbaiki teks dan rubik berdasarkan uji coba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Berikut ini adalah contoh asesmen kinerja dalam menggunakan rubik untuk pencapaian kompetensi criteria pembelajaran sekor.
Kriteria Pemberian Sekor

Dimensi yang dinilai : pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran IPA

Tingkat pencapaian (sekor)

Iatimewa (4) : Tujuan atau kompetensi dapat dicapai sepenuhnya dan pertumbuhan siswa sangat terarah kepada pencapaian tujuan.

Baik (3) : Sebagaian besar tujuan atau kompetensi dikuasai dengan baik dan pertumbuhan siswa terarah pada pencapaian tujuan.


Cukup (2) : Hanya sebagaian kecil saja kompetensi yang dapat dicapai siswa dan pertumbuhan siswa-siswa kurang terarah pada pencapaian kompetensi tersebut.

Kurang (1) : Tidak terdapat adanya tanda-tanda pencapaian tujuan atau kompetensi yang diharapkan.

SUMBER :
Bahan belajar mandiri Pendidikab IPA di SD edisi ke Satu

ASESMEN PORTOFOLIO



ASESMEN PORTOFOLIO

Istilah portofolio diambil dari bidang seni, yakni “istilah yang berarti suatu kumpulan karya sesuai maksud” (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu portofolio menurut Cpllins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah “suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari keterampilan, pengetahuan, minat, dan kecenderungan seseorang”. Bahan dan portofolio tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan portofolio itu. Portofilio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyelesaikan hasil kerja yang menunjukkan bukti-bukti klemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka memasukkan foto-foto yang memperlihatkan kualitas kerjanya.
Dalam pembelajaran IPA, sebuah portofolio seharusnya memperlihatkan pertumbuhan kemampuan siswa di dalam perkuliahan IPA. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), agar koleksi hasil kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan persyaratan sebagai berikut.
1.      Sebuah portofolio seharusnya  mengandung kerja orisinil siswa dalam periode tertentu.
2.      Bahan dalam portofolio juga dapat termasuk bahan-bahan yang tidak dihasilkan oleh siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan laboratorium.
3.      Koleksi kerja dalam hasil portofolio seharusnya melibatkan aspek-aspek yang berbeda dari kumpulan siswa. Koleksi tersebut menunjukkan bukti-bukti kemampuan dan kompetisi siswa di dalam satu atau lebih bidang.
4.      Sebuah portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang menunjukkan bahwa siswa telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam pembelajaran, sebagai contoh menulis laporan, merancang eksperimen, menangani kerja proyek, dan keterampilan siswa di dalam satu atau lebih bidang.
5.      Sebuah portofolio merupakan bukti kerja siswa sehingga dapat diases.
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu :
1.      Mendokumentasi kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
2.      Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.      Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.      Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara laian sebagi berikut :
1.      Kemajuan siswa dapat dilihat dengan jelas.
2.      Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat juga memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3.      Membandingan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan pengaruh positif dalam belajar.
4.      Siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik.
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu.
6.      Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri orang lain dan pihak lain yang terkait.
Portofolio dalam penilaian dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
  1. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
  2. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
  3. Meningkatkan proses efektivitas pengajaran
  4. Bertukar informasi dengan orang tua/ wali peserta didik dan guru lain.
  5. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri secara positif pada setiap peserta didik.
  6. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
Tujuan asesmen portofolio menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut:
  1. Kemajuan siswa dapat terlihat jelas.
  2. Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
  3. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang lain.
  4. Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
  5. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum)
  6. Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang  kemajuan belajar siswa bagi dirinya, orang tua, atau lainnya.
Jenis portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi maksud dan konteks pendidikan. Tidak ada satu ‘portofolio’; terdapat berbagai portofolio (Foster and Masetr, dalam Klenowski, 2002). Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya :
1.      Portofolio semua hal (The Everything Portofolio)
2.      Portofolio produk (The Product Portofolio)
3.      Portofolio “Pemeran” (The Showcase Portofolio)
4.      Portofolio tujuan ( The Objective Portofolio)
Sedangkan menurut Erman (2003) manfaat portofolio akan memupuk kebiasaan siswa dalam bertindak cermat melalui pengumpulan bukti hasil kerja dan karangannya serta akan tergugah kesadarannya bagaimana seharusnya belajar yang benar sesuai dengan konsep belajar secara simultan akan terakomodasi. Fungsi portofolio menurut mata pelajaran tertentu serta pertumbuhan peserta didik. Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya:
  1. Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu.
  2. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
  3. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
  4. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar. 

Penerapan asesmen portofolio haruslah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Menurut Gronlund (2003) pertimbangan utama dalam perencanaan pengembangan portofolio adalah tujuan portofolio, jenis-jenis bukti yang dimasukkan, petunjuk untuk menyeleksi dan mengevaluasi isi, merawat dan menggunakan portofolio, serta mengevaluasi portofolio. Dalam mengevaluasi kinerja siswa secara keseluruhan yang tercermin dalam portofolio, dapat disusun kinerja umun untuk mengevluasi struktur portofolio, tingkat kemajuan siswa, serta rubik sekor keseluruhan. Secara lebih operasional Cooper (dalam Sweat-Guy & buzzetto-More, 2006) mengidentifikasi enam langkah apabila hendak melakukan asesmen portofolio: Mengidentifikasi ruang lingkup keterampilan, mendesain hasil belajar yang dapat diukur, mengidentifikasi strategi pembelajaran, mengidentifikasi indikator kinrrja, mengumpulkan bukti, dan penilaian. Walaupun tanpak operasional, menyatakan Cooper ini lebih mengarah kepada langkah-langkah asesmen kinerja secara umum.

Selanjutnya contoh-contoh pekerjaan tersebut disimpan dalam satu tempat khusus (file folder) untuk setiap siswa. Ketika diperlukan, portofolio siswa dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati merupakan syarat dilaksanakannya asesmen portofolio.
Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut:
1.      Catatan anekdot, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiannya.
2.      Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
3.      Skala penilaian yang mencatat isarat kemajuan perkembangan siswa.
4.      Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5.      Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan.
Terdapat 3 langkah dalam menerapkan portofolio, yaitu:
1.      Tahap persiapan yang meliputi:
a.       Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan
b.      Menentukan tujuan penyusunan portofolio
c.       Memilih ketegori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio
d.      Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio
e.       Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa.
2.      Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumentasi harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Portofolio dapat disimpan di dalam foder khusus untuk setiap siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih dan diberi tanggal.
3.      Penilaian akhir portofolio
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yang telah lengkap. Aspek yang dinilai meliputi isi portofolio dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.  
SUMBER :
Bahan belajar mandiri Pendidikab IPA di SD edisi ke Satu
http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/asesmen-portofolio.pdf